Abu Bakar RA : Hikmah dari Sang Khalifah Rasulullah

Sebelum Rasulullah Shallahu Alaihi Wassalam wafat, beliau sempat menyiapkan pasukan di bawah panglima muda, Usamah bin Zaid, yang ditugaskan mengamakan perbatasan dari serangan Romawi. Inilah peninggalan Rasulullah Shallahu Alaihi Wassalam, sebelum wafat. Betapa beliau sangat memperhatikan keselamatan umatnya dari ancaman orang-orang Romawi.
Ketika Abu Bakar As-Shiddiq menjadi khalifah , para shahabat utama mengusulkan agar pasukan yang belum sempat diberangkatkan oleh Rasulullah Shallahu Alaihi Wassalam itu, tidak diberangkatkan, tetapi digunakan untuk menjaga kota Madinah yang terancam musuh. Madinah menghadapi ancaman dari orang-orang yang murtad.
Abu Bakar ra menolak usulan shahabat utama itu. Khalifah pertama itu menjawab dengan kata-kata yang mencerminkan limpahan kekuatan, keteguhan iman, tekad dan komitmentnya yang tidak dapat ditawar-tawar mengikuti jejak Rasulullah Shallahu Alaihi Wassalam.
"Wallahi. Aku tidak akan membatalkan apa yang telah diputuskan oleh Rasulullah Shallahu Alaihi Wassalam, sekalipun burung-burung menyambar kita, binatang buas mengepung Madinah, dan anjing-anjing menyeret Ummul Mukminin. Aku akan tetap memberangkatkan pasukan Usamah! Dan seandainya di negeri ini tidak ada yang tersisa kecuali aku, pasti aku akan tetap melaksanakana itu", tegas Abu Bakar as-Shiddiq.
Usamah ketika itu usianya baru 20 tahun, sedangkan di dalam pasukan itu, banyak para sahabat utama dari Anshar dan Muhajirin yang lebih senior, dan para shahabat meminta kepada Umar ibn Khattab mengusulkan kepada Abu Bakar agar mengganti Usamah. Tetapi, Abu Bakar malah marah. Sambil memegang janggut Umar, kemudian Abu Bakar berkata : "Engkau meminta aku untuk mengganti orang yang telah ditunjuk oleh Rasulullah?", tegasnya.
Akhirnya, Abu Bakar melepaskan pasukan yang dipimpin Usamah. Khalifah yang menggantikan Rasulullah Shallahu Alaihi Wassalam, mengantarkan pasukan yang dipimpin Usamah, hingga keluar kota Madinah, dan Abu Bakar berjalan kaki, sedangkan Usamah menaiki kuda.
Usamah berkata : "Wahai Khalifah Rasulullah. Kita naik kuda ber sama-sama atau berjalan kaki bersama-sama". Kemudian Abu Bakar menukasnya : "Tidak. Naiklah. Aku ingin mengotori kakiku dengan debu fi sabilillah beberapa jam lamanya", ucapnya.
Abu Bakar memberikan tausiah saat melepas pasukan, sebagai bukti pemahamannya yang mendalam terhadap ruh al-Qur'an.
"Janganlah kalian berkhianat, janganlah kalian menipu dan berbuat dusta. Janganlah kalian mencabik-cabik jenazah musuh. Janganlah membunuh anak-anak, orang tua yang lemah, dan kaum wanita. Janganlah kalian menebang pohon yang berbuah. Janganlah kalian menyembelih kambing, sapi, unta, kecuali untuk dimakan. Kalian juga akan menemui kaum yang tetap beribadah di tempat-tempat ibadah, biarkanlah mereka dengan pekerjaannya. Berangkatlah kalian dengan menyebut nama Allah .."
Usamah bin Zaid ra berangkat, maka pemberontakan di Yaman semakin merajalela. Musalaimah danThulaihah mulai menyeru orang-orang untuk mengakui kenabian mereka. Tidak sedikit diantara mereka menyambutnya. Sebagian penduduk di jazirah Arab menolak membayar zakat. Bahkan Abu Bakar menerima informasi para pemberontak telah mengepung Madinah dan memerangi orang-orang Islam. Timbul kegoncangan dikalangan kaum Muslimin.
Abu Bakar ra bermusyawarah dengan para shahabat utama untuk memerangi orang-orang yang ingkar. Tetapi, sebagian besar para shahabat menolak. Maka, Abu Bakar berkata : "Wallahi. Seandainya mereka menolak menyerahkan zakat unta dan kambing yang pernah serahkan kepada Rasulullah, pasti aku perangi mereka", tegasnya.
Mendengar ucapan Abu Bakar itu, Umar berkata : "Mengapa kita harus membunuh mereka, bukanlah Rasulullah telah bersabda : "Aku telah diperintah untuk memerangi manusia sampai mereka mengucapkan "laa ilaaha illallaah wa anna Muhammadan Rasulullah", barangsiapa yang telah mengucapkannya, maka terpelihara harta dan darahnya dariku, kecuali karena haknya, sedang penghisaban mereka ada pada Allah".
Abu Bakar menjawab : "Wallahi. Aku akan memerangi orang yang memisahkan zakat dan shalat. Sesungguhnya zakat adalah hak pada harta. Sedang Nabi bersabda pada hadist itu : " .. Keculai karena haknya". Mendengar jawaban Abu Bakar itu, kemudian Umar menukasnya : "Wahai Khalifah Rasulullah! Lemah lembutlah kepada manusia!", ucap Umar.
Abu Bakar menanggapi dengan marah sanggahan Umar : "Hai Umar. Tadinya aku berharap engkau membantuku, ternyata engkau lemah. Apakah engkau pemberani saat jahiliyah dan pengecut setelah Islam? Agama telah sempurna, dan wahyu telah habis".
Dan ketika ditanya dengan siapa engkau memerangi mereka, maka Abu Bakar menjawabnya : "Sendirian".
Pendirian Abu Bakar mencerminkan dalamnya pandangannya terhadap fikrah Islam dan keteguhannya. Sekiranya Abu Bakar menerima keislaman mereka yang kurang karena tidak membayar zakat, berarti Abu Bakar membuat cacat terhadap prinsip (mabda') ajaran Islam dan menjadikannya sebagai sesuatu yang bisa ditawar-tawar. Jika Abu Bakar lemah menghadapi orang-orang yang murtad dan tidak membayar zakat, di masa depan akan meninggalkan tradisi berbahaya yang merusak rukun dan mabda' Islam bagi generasi yang akan datang.
Abu Bakar tahu sikapnya itu akan mengundang bahaya bagi umat Islam dan Daulah Islam yang baru berdiri. Namun Khalifah yang masyhur itu, tetap berpegang pada pendiriannya. Berpegang teguh kepada yang haq dan memelihara keutuhan Islam secara sempurna bagi generasi Muslim sesudahnya. Ketimbang memelihara keutuhan kaum Muslimin dan negaranya. Namun, tanpa memiliki fikrah yang benar dan ajaran yang utuh. Karena, daulah itu bukan tujuan. Sehingga fikrah Daulah didirikan untuk dakwah, untuk memelihara dan membela dakwah. Abu Bakar memilih menyelamatkan umat Islam dari fitnah dan melindungi Islam dari cacat dan kebinasaan.
Orang-orang yang murtad dan tidak mau membayar zakat itu, tahu kekuatan umat Islam di Madinah yang dipimpin Abu Bakar. Jumlahnya masih sangat sedikit dan tidak ada pasukan disitu. Maka Abu Bakar as-Shiddiq mengumpulkan kaum Muslimin. Seraya mengucapkan :
"Di negeri ini telah muncul kekafiran. Utusan mereka telah melihat jumlah kalian sedikit. Dan kalian tidak tahu. Entah siang atau malam, kalian akan diserang oleh mereka. Yang paling dekat dengan kalian adalah kurang dari 12 mil. Mereka menginginkan kita mengikuti kemauan mereka, tetapi kita menolaknya, maka bersiap-siaplah kalian", tegas Abu Bakar.
Akhirnya pecah pertempuran. Abu Bakar memimpin kaum Muslimin memerangi orang-orang kafir dan murtad. Ketika kabilah-kabilah melihat orang-orang yang murtad dan kafir itu kalah, kemudian mereka membayar zakat kepada Abu Bakar.
Kemudian, kaum Muslimin mereka menyaksikan pula pasukan yang dipimpi Usamah bin Zaid itu pulang dengan membawa kemenangan. Pertempuran itu mengingatkan para shahabat pada peristiwa Badr, di mana jumlah kaum Muslimin yang masih sedikit, ketika menghadapi orang-orang kafir, dan memperoleh kemenangan.
Dalam harbur riddah (peperang melawan orang murtad) mendapat ujian, dan kaum Muslimin dapat mengalahkan orang-orang yang murtad, dan jazirah Arab kembali ke pangkuan Islam, kembali kepada dienul haq dan berwala' (memberikan loyalitasnya) kepada Daulah Islam.
Abu Bakar menjadi Khalifah tidak terlalu lama. Hanya 2,5 tahun. Kemudina wafat. Ketika kondisinya semakin payah, dan keinginannya mengangkat Umar ibn Khattab untuk menggantikannya, kemudian mendapatkan persetujuan kaum Muslimin dan para Shahabat, maka ia memanggil Utsman bin Affan menuliskan sebuah wasiat.
Bismillaahirrahmanirrahim.
"Sesungguhnya aku jadikan Umar bin Khattab sebagai khalifah atas kalian sepeninggalku, maka dengar dan patuhilah kepadanya. Sesungguhnya aku tidak mengabaikan kebaikan bagi Allah, Rasul, din-Nya, diriku dan kalian. Bila Umar berlaku adil, maka itulah dugaanku dan pengetahuanku tentangnya. Bila ia berbuat berbeda, maka setiap orang akan menanggung kesalahan yang diperbuatnya. Yang aku inginkan hanyalah kebaikan dan aku tidak mengetahui yang ghaib. Orang-orang yang berbuat zalim akan mengetahui ke mana mereka akan kembali".
Wassalamu'alaikum warahmatullah.
Kemudian Abu Bakar bertanya : "Relakah kalian dengan yang aku angkat?" Demi Allah. Sesungguhnya aku telah bersungguh-sungguh dengan pendapatku. Aku tidak mengangkat kerabatku, tetapi aku mengangkat Umar ibn Khattab. Maka dengarkanlah dan patuhilah ia". Mereka menjawab : "Kami mendengar dan patuh!". Mereka pun membai'at Umar.
Setela itu Abu Bakar menyampaikan pidatonya saat-saat terakhir hidupnya.
"Seungguhnya aku mengangkatmu sebagai khalifah sepeninggalku. Aku berwasiat kepada engkau, hendaklah bertaqwa kepada Allah. Sesungguhnya Allah mempunyai amal di malam hari yang tidak Dia terima di siang hari, dan amal di siang hari yang Dia tidak terima di malam hari. Dia tidak menerima ibadah nafilah (sunnah) sampai ibadah fardhu dijalankan. Bila engkau telah memelihara wasiatku ini, maka tidak ada kegaiban yang lebih engkau cintai selain kematian. Sedang ia akan menimpamu. Jika engkau mengabaikan pesanku , maka tidak ada kegaiban yang lebih engkau benci selain kematian".
Setelah Umar beranjak, Abu Bakar berdoa :
"Ya Allah. Aku tidak menginginkan kecuali kebaikan pada mereka. Aku takut mereka terkena fitnah, maka aku berbuat untuk mereka dengan sesuatu yang Engkau Lebih Tahu dan untuknya aku berjihad".
Sebelum meninggal Abu Bakar berucap kepada keluarganya. Diantarnya :
"Sejak diangkat menjadi pemimpin kaum Muslimin, kami sungguh tidak pernah makan dinar maupun dirham mereka. Kami hanya makan tepung kasar untuk perut kami. kami juga hanya memakai pakaian kasar untuk tubuh kami. Maka perhatikanlah, jika ada yang lebih pada hartaku, sejak aku menjadi khalifah. Maka ambillah ia dan serahkanlah kepada khalifah sesudahku", ujar Abu Bakar as-Shiddiq.
Aisyah ra bertutur : "Ketika Abu Bakar meninggal kami periksa warisan yang ia tinggalkan. Ternyata kami hanya mendapatkan seorang budak(hamba sahaya) Habsyi (hitam), seekor unta pengangkut air, dan baju usang yang harganya hanya lima dirham.
Kemudian kami menyerahkan kepada Umar ibn Khattab. Melihat barang-barang itu, Umar meneteskan air matanya, seraya berkata : "Wahai Abu Bakar. Engkau telah menjadikan khalifah sesudah engkau susah untuk menirumu", ucapnya. Lalu, Umar menyerahkan barang-barang itu ke baitul mal.
Bertemu karena Allah, dan berpisah karena Allah. Itulah diantara sikap orang-orang mukmin, yang senantiasa ingat akan Rabbnya. Wallahu'alam.
sumber :  Eramuslim

Komentar